Minggu, 11 April 2010

Amanat Allah Kepada Manusia

Andri Fadhlan M Huda 08 April jam 23:29 Balas
Assalammu'alaikum Ikhwah fillah...

Allah berfirman dalam QS.33 Al Ahzab;72 :
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh

Para mufasir besar Islam telah banyak mendiskusikan ayat ini. Mereka berusaha memperjelas dan menerangkan makna “amanat” ini. Mereka telah menyampaikan berbagai pandangan terbaik atasnya, yang didasarkan pada kandungan ayat. Kendati tafsiran-tafsirannya berbeda ini tidaklah kontradiktif, namun saling melengkapi dan berpangkal kepada pengertian amanat sebagai taklif (beban kewajiban) dan penerimaan perintah serta larangan secara bersyarat. Artinya, jika seseorang melaksanakan maka diganjar, dan jika meninggalkan maka diberi sanksi. Kemudian amanat itu diterima oleh manusia karena kelemahan dan kebodohannya, kecuali orang yang diberi taufik oleh Allah SWT.

Lebih lanjut Imani mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki talenta luar biasa yang dengan itu bisa menjadi ekstensi sempurna dari kekhalifahan Allah. Dengan pencarian ilmu, penyucian jiwa rendah, dan penunaian kewajiban-kewajiban agama, manusia tentu bisa mendapatkan puncak kehormatan dan melampaui para malaikat. Contohnya: Rasulullah SAWW naik ke sidratul montaha tanpa didampingi oleh malaikat Jibril, sebab Jibril sudah tidak mampu naik ke sidratul montaha tsb. Hal ini merupakan bukti bahwa manusia memiliki potensi yang bisa mengalahkan makhluk Allah sekalipun malaikat setingkat Jibril.

Talenta ini disertai dengan kehendak bebas dan otoritas, yakni ia bisa memulai jalan ini dari awal dan membukakannya oleh dirinya sendiri dan dengan otoritasnya menuju keabadian. Langit, bumi, dan gunung-gunung juga memiliki sejenis makrifatullah sehingga mereka sibuk berzikir dan mengagungkan Allah SWT. Mereka tunduk dan bersujud di hadapan keagungan-Nya. Akan tetapi, semua perbuatan ini bersifat bawaan, genetik dan paksaan. Itulah sebabnya tidak ada perkembangan dalam diri mereka.

Satu-satunya makhluk yang naik dan turunnya tidak terbatas, mendaki puncak kesempurnaan, melakukan semua hal dengan kehendak serta otoritasnya hanyalah manusia. Manusia yang tampaknya kecil, jika ia tidak melupakan martabatnya maka akan menjelma sebagai salah satu tanda keajaiban alam makhluk, yang mampu membawa beban amanat yang langit, bumi, dan gunung-gunung tidak mampu memikulnya.

Dengan kata lain, amanat Ilahi merupakan potensialitas dari kesempurnaan tak terbatas yang disertai dengan kehendak bebas dan otoritas sehingga ia dapat mencapai derajat hamba Allah yang sempurna dan ikhlas (insan kamil) dengan sarana penerimaan kecintaan kepada Allah SWT. Inilah amanat Allah yang tidak sanggup dipikul oleh makhluk Allah lainnya.

Dengan demikian, secara lahiriah QS.33 :72 bisa dipahami bahwa Allah SWT telah melimpahkan berbagai keistimewaan dan kekhususan pada diri manusia yang tak satu makhluk pun di langit dan di bumi memilikinya. Keistimewaan-keistimewaan ini merupakan amanat Allah yang memunculkan sejumlah tanggung-jawab bagi manusia.

Akan tetapi, banyak manusia yang menyelewengkan amanat ini dan menerapkan di jalan penentangan kepada perintah Allah SWT. Akal dan kehendak manusia yang semestinya digunakan di jalan pengenalan kebenaran dan memilihnya. Sehingga ia bisa menjadi sebab pertumbuhan dan kesempurnaan dirinya. Namun banyak juga yang telah diterapkan dalam sejumlah jalan yang keliru. Hal ini membuahkan perluasan kezaliman dan kebuasan perilaku manusia yang telah dihitung sebagai suatu perbuatan zalim dan bodoh..Wallahu' a'lam bissowwab

Wassalammu'alaikum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar